PENDAHULUAN
Adanya perubahan kurikulum yaitu
dari kurikulum berbasis materi menjadi kurikulum berbasis kompetensi, secara
otomatis sistem pembelajaran dan metode pembelajaran mengalami perubahan.
Semula guru hanya menekankan pada tuntasnya suatu materi dan konsep atau pokok
bahasan dan melupakan output. Sedangkan Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan
pada output dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
Guru dituntut untuk menguasai kompetensi dasar. Hal ini
lebih mengarah kepada bagaimana peran guru dalam proses pembalajaran. Fenomena
ini menunjukkan bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai
jenis-jenis belajar, kondisi siswa dan cara melakukan pembelajaran yang efektif
dan bermakna. Jadi, guru yang menguasai kompetensi dasar akan berpengaruh besar
terhadap hasil belajar siswa.
Penerapan
model pembelajaran yang inovatif harus mampu dikembangkan oleh guru sebagai
upaya untuk membantu memperbaiki hasil belajar siswa. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas, motivasi, dan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran karena model pembelajaran ini berorientasi kepada siswa. Pembelajaran
kooperatif juga dapat memberikan dukungan pada siswa dalam tukar menukar ide,
memecahkan masalah, berpikir alternatif, dan meningkatkan kecakapan berbahasa.
Dalam
makalah ini penulis akan memaparkan secara jelas dan terperinci bagian dari
model pembelajaran kooperatif yaitu : Group
to Group Exchange dan Two Stay Two
Stray. Agar dapat menjadi bekal dikemudian hari untuk digunakan dalam
proses pembelajaran.
PEMBAHASAN
METODE
GROUP TO GROUP EXCHANGE (BERTUKAR KELOMPOK)
A. DEFINISI
Pada strategi
ini, tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik yang berbeda.
Masing-masing kelompok “mengajar” apa yang telah dipelajari untuk sisa kelas.[1]
Teknik belajar mengajar bertukar kelompok memberi siswa kesempatan untuk
bekerjasama dengan orang lain.[2]
Group to group
exchange (GGE) adalah salah satu metode belajar aktif yang menuntut siswa untuk
berfikir tentang apa yang dipelajari, berkesempatan untuk berdiskusi dengan
teman, bertanya dan membagi pengetahuan yang diperoleh kepada yang lainnya.
Dalam metode GGE masing-masing kelompok diberi tugas untuk membahas satu topik
materi, siswa dituntut untuk menguasai materi karena setelah diskusi kelompok
berakhir, siswa akan bertindak sebagai guru bagi siswa yang lain dengan
mempresentasikan hasil dari diskusinya.
B. PRINSIP
PENGGUNAAN
Metode group to
group exchange dapat digunakan guru, sebagai berikut :
·
Untuk menumbuhkan serta membangkitkan
minat, motivasi siswa dan kreativitas dalam proses pembelajaran
·
Guru dapat mengajarkan pada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk menuntaskan materi belajarnya
(permasalahan).
·
Guru dapat melihat serta mengetahui
tingkat interaksi siswa dengan siswa lainnya.
·
Menumbuhkan semangat kerjasama dan paham
demokrasi dalam bermusyawarah karena dalam metode ini komponen emosional lebih
penting daripada intelektual.[3]
C. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
Menurut Sagala
kelebihan dan kelemahan kerja kelompok yaitu sebagai berikut :
Kelebihan
Metode Group to Group Exchange
· Membiasakan
siswa bekerjasama menurut paham demokrasi, memberikan kesempatan pada mereka
untuk mengembangkan sikap musyawarah dan tanggung jawab.
· Menimbulkan
rasa kompetitif yang sehat
· Guru
tidak perlu mengawasi masing-masing murid cukup memperhatikan kelompok.
· Melatih
ketua untuk melaksanakan tugas kewajiban sebagai siswa yang patuh peraturan.
Kelemahan
Metode Group to Group Exchange
· Sulit
menyusun kelompok yang heterogen, terkadang siswa merasa tidak enak dengan
anggota kelompok yang dipilih oleh guru
· Dalam
kerja kelompok terkadang pemimpin kelompok sulit menjelaskan dan mengadakan
pembagian kerja, anggota kelompok kadang-kadang tidak mematuhi tugas yang
diberikan oleh pemimpin kelompok dan dalam belajar kelompok sering tidak
terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang telah ditentukan.
Kelemahan-kelemahan
yang melekat dan yang akan ditemui dalam metode ini, bukannya berarti untuk
melemahkan penggunaannya melainkan agar dapat diambil langkah buat
mengatasinya. Langkah-langkah untuk mengatasinya menurut Mansyur (1996) antara
lain adalah :
·
Guru haruslah berusaha memperoleh pengetahuan
yang luas dalam hal cara menyusun kelompok, baik melalui buku atau dengan
bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman
·
Kumpulan data tentang siswa untuk menunjang
tugas-tugas guru
·
Adakan tes sosiometri dan buatlah sosiogram dari
kelas bersangkutan untuk mengetahui klik atau ada murid yang terisolasi
·
Bimbingan terhadap kelompok harus dilakukan
terus menerus
·
Arahkan agar jumlah kelompok itu tak
terlalu besar dan anggotanya dalam waktu tertentu berganti-ganti dan
·
Dalam memberikan motivasi haruslah menuju kepada
kompetensi yang sehat.[4]
D. LANGKAH-LANGKAH
PENERAPANNYA
Adapun
langkah-langkah dalam menerapkan metode group to group exchange ini sebagai
berikut :
·
Pilihlah sebuah topik yang mencakup
perbedaan ide, kejadian, posisi, konsep dan pendekatan untuk ditugaskan. Topik
haruslah sesuatu yang mengembangkan sebuah pertukaran pandangan atau informasi
(kembalikan teknik debat).
·
Bagilah kelas ke dalam kelompok sesuai
jumlah tugas. 2 sampai 4 kelompok cocok untuk aktivitas ini. Berikan cukup
waktu untuk mempersiapkan penyajian topik yang telah mereka kerjakan.
·
Ketika face persiapan selesai, doronglah
peserta didik bertanya pada presenter atau tawarkan pandangan mereka sendiri.
Biarkan anggota juru bicara kelompok merespons.
·
Lanjutkan sisa presentasi agar setiap
kelompok memberikan informasi dan merespons pertanyaan serta komentar peserta.
Bandingkan dan bedakan pandangan serta informasi yang saling ditukar.[5]
E. MATERI
PAI YANG SESUAI
Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.[6] Adapun
materi PAI yang bisa diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran ini
adalah semua aspek mata pelajaran PAI baik itu dalam aspek Fiqh, Akidah Akhlak,
Qur’an Hadits maupun SKI.
Dengan demikian
penulis mengambil dari salah satu aspek materi PAI yaitu materi Qur’an Hadits
untuk diterapkan menggunakan metode group to group exchange ini. Dalam hal ini
penulis mengambil sub bagian pembahasan tentang hukum membaca Nun Mati atau Sukun
dan Tanwin, yang meliputi diantaranya : idhar halqi, idgham bi ghunnah, idgham
bila ghunnah, iqlab dan ikhfa’.
F. CARA
MENGEVALUASINYA
Adapun cara
untuk melakukan pengevaluasian setelah menggunakan metode ini dalam proses
pembelajaran sebagai berikut :
·
Guru memberikan kesempatan kepada
perwakilan siswa (dengan cara ditunjuk secara acak) untuk menyimpulkan materi
pelajaran yang telah dibahas agar guru mengetahui sampai sejauh mana hasil dari
pemahaman siswa dari materi yang telah dipelajari.
·
Guru menyempurnakan kesimpulan dari
materi yang telah dibahas.
·
Selain itu, guru juga dapat memberikan pertanyaan kepada
tiap kelompok akan hasil pelajaran yang telah dipresentasikan. Agar dapat
mengukur hasil dari pemahaman yang telah didapat oleh siswa usai penyampaian
materi yang telah dibahas.
G. CONTOH
PENERAPAN METODE GROUP TO GROUP EXCHANGE
Sebelum
menerapkan metode ini dalam proses pembelajaran. Mula-mula guru menentukan
terlebih dahulu materi yang akan dipelajari menggunakan metode ini. Serta guru
harus memilih materi yang akan dipelajari itu yang dapat dibagi menjadi
beberapa bagian agar dapat menentukan kelompok yang sesuai dengan materi
pelajaran.
Setelah materi
sudah didapat, maka guru harus membagi kelompok sesuai jumlah materi yang akan
dibahas. Serta membagi anggota kelompok secara heterogen. Pembagian kelompok
ini dapat dipersiapkan guru dari rumah maupun ketika dikelas. Namun, ada
baiknya telah dipersiapkan dari rumah agar dapat menghemat alokasi waktu yang
ada.
Selanjutnya guru
memberikan pengarahan kepada siswa dalam menggunakan metode group to group
exchange ini. Misalnya ketika seorang guru pelajaran PAI yang mengajar pada
kelas VII MTs dengan aspek dari materi Qur’an Hadits yang pada pembahasan
selanjutnya membahas materi Hukum Membaca Nun Mati atau Sukun dan Tanwin. Dalam
pembahasan materi ini terdapat lima sub pembahasan materi yaitu : idhar halqi, idgham bi ghunnah, idgham bila
ghunnah, iqlab dan ikhfa’. Maka guru harus membagi siswa kedalam 5 kelompok.
Misalnya dalam satu kelas yang hendak diajar tersebut jumlah muridnya sebanyak
30 siswa. Maka masing-masing satu kelompok terdiri dari 6 siswa. Yang telah
dibagi guru secara heterogen dan telah ditunjuk oleh guru ketua dari
masing-masing kelompok.
Selanjutnya,
guru membagikan bahan materi yang akan dibahas peserta didik kesetiap kelompok
sesuai materi yang akan dibahas dalam masing-masing kelompok peserta didik.
Kemudian guru mempersilahkan kepada siswa untuk mendiskusikan materi sesuai
dengan kelompok dengan dibatasi waktu misalnya 10 menit untuk mendiskusikan
kepada sesama anggota kelompok.
Setelah waktu
yang ditentukan usai, maka guru mengatur siswa untuk ditukar kepada kelompok
lain agar dapat saling berbagi informasi dari materi kelompok lain. Sebelumnya
guru telah membagi satu kelompok yang terdiri dari 6 siswa, maka guru
memerintahkan kepada 4 dari 6 siswa tersebut untuk pindah ke masing-masing
kelompok yang lain. Misalnya dari kelompok satu diambil 4 siswa untuk ditukar
ke empat kelompok yang lain hanya tersisa 2 siswa yang masih menetap di
kelompoknya. Dan begitu pula dengan yang kelompok lain. Tugas dari
masing-masing siswa yang telah ditukar tersebut memahami serta mengambil
informasi dari materi kelompok lain yang nanti akan kembali ke kelompok asal
dan membagi informasi yang telah didapat.
Setelah waktu
yang ditentukan guru usai dan siswa telah kembali ke kelompok asal. Guru
mempersilahkan kepada perwakilan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan
materi kelompoknya kedepan kelas. Disini dari kelompok yang lain dapat
menanggapi apa yang telah presentasikan temannya. Dan seterusnya hingga
masing-masing kelompok telah usai memaparkan materi kelompok mereka.
Dan diakhir
pelaksanaan metode ini guru menyimpulkan dari semua materi yang telah dibahas.
Serta memberikan sedikit pertanyaan agar dapat mengetahui kemampuan pemahaman
siswa dari materi yang telah dibahas tersebut.
PEMBAHASAN
METODE
TWO STAY TWO STRAY
A. DEFINISI
Metode two stay
two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan
informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan
belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu.
Dengan tujuan
mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari
jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam
pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang
diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung
siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang
menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak
materi pada siswa.[7]
Menurut Lie model pembelajaran two stay two stray (Dua
Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari
kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal.[8]
Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa
dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Model pembelajaran Two stay two stray ini memberi kesempatan
kepada kelompok untuk mengembangkan hasil informasi dengan kelompok lainnya.[9]
Selain itu, struktur two stay two stray ini memberi kesempatan kepada kelompok
untuk membagikan hasil kesempatan kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar
mengajar yang diwarnai dengan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan
tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan
hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan
yang lainnya.[10]
B. PRINSIP PENGGUNAANNYA
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran
Kooperatif tipe two stay two stray ini, sebagai berikut:
·
Membutuhkan kemampuan kerja tim
(kelompok) secara kooperatif
·
Untuk
melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik
·
Meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
·
Siswa
dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
·
Membuat
siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun
sosial
C. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
Kelebihan Metode Two Stay Two Stray
Model pembelajaran Two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu)
memiliki kelebihan antara lain:
· Dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan.
· Belajar siswa lebih bermakna.
· Lebih berorientasi pada keaktifan
berpikir siswa, dan
· Meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa.[11]
· Memberikan kesempatan terhadap siswa
untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah
· Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman
sekelompoknya
· Membiasakan siswa untuk bersikap
terbuka terhadap teman
· Meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Kelemahan Metode
Two Stay Two Stray
Model
pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain :
· Membutuhkan
waktu yang lama
· Siswa
cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang tidak terbiasa
belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk bekerjasama.
· Bagi
guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
· Seperti
kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa
yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya.
· Guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk
mengatasi kekurangan dalam model pembelajaran TSTS ini, maka sebelum
pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok
belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis.
Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan
saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya
satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu
anggota kelompok yang lain.[12]
D. LANGKAH-LANGKAH
PENERAPAN
Langkah-langkah
dalam menggunakan metode two stay two stray adalah sebagai berikut :
a. Peserta
didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa
b. Setelah
selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain
c. Dua
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil dan informasi
mereka ke tamu mereka
d. Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain
e. Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.[13]
Ada pun
tahapan-tahapan yang terdapat dalam model two stay two stray ini adalah sebagai
berikut :
Ø Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah
membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, meyiapkan tugas
siswa dan membagi siswa dalam satu kelas kedalam beberapa kelompok dengan
masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam
hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Setelah itu, siswa diberi pra
tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Ø Presentasi Guru
Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran,
mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat.
Ø Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar
kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa
dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya,
siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut
bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau
memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4
anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke
kelompok yang lain secara terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan
kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya dari kelompok lain
tadi serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Ø Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya.
Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.[14]
E. MATERI
PAI YANG SESUAI
Penggunaan model pembelajaran two stay two stray tersebut
dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran. Penerapan model pembelajaran two stay two stray ini dapat
digunakan pada semua materi pelajaran PAI. Kemampuan berpikir kritis siswa
dalam proses pembelajaran ini merupakan hal yang penting.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat perlu penyesuaian
terhadap karakteristik siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif
belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri tanpa bergantung kepada guru
yang pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar pelajaran PAI
siswa misalnya, guru dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran sesuai
dengan modalitas belajar siswa (visual, auditorial dan kinestatik).[15]
Dalam hal ini, teknik two stay two stray ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.[16]
Jadi, dari penjelasan diatas maka penulis akan mengambil
salah satu aspek materi PAI yang dapat menggunakan dengan metode ini, yaitu
aspek Akidah Akhlak. Dengan materi Akhlak Mahmudah Kepada Allah yang meliputi
diantaranya : Takut kepada Allah, Berharap kepada Allah, Taubat dan Nadam,
Tawadhu kepada Allah, Tawakal kepada Allah, Ridha terhadap Qadha dan Qadar,
Ibadah kepada Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena Allah, dan Beramal karena
Allah.
F. CARA
MENGEVALUASINYA
Menurut
Van der Kley ada beberapa cara menngevaluasi hasil belajar siswa dalam
pembelajaran metode two stay two stray, yaitu:
·
Setiap
anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok.
·
Setiap
siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif
berakhir.
·
Seorang
siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk menjelaskan
pemecahan materi tugas.
·
Nilai
setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata
kelompok.[17]
Selain
itu, cara mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan metode ini dapat pula
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Memberikan
Quiz berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dapat mengetahui serta
mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dipelajari, dan
·
Guru
dapat memerintahkan kepada siswa untuk mempraktekkan dari materi yang telah
dipelajari, jika perlu dipraktekkan misalnya pada Materi Shalat dalam aspek
Fiqh.
G.
CONTOH
PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY
Pembelajaran
dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk
yang telah dibagi secara heterogen, guru memberikan tugas berupa
permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan.
Setelah
diskusi intarkelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang
tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari
satu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada
tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada
semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke
kelompoknya masing-masing.
Setelah
kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun
mereka yang bertugas menerima tamu, mencocokkan dan membahas hasil kerja yang
telah mereka tunaikan.[18]
Dalam hal
ini penulis mencontohkan seorang guru yang mengajar di kelas VII MTs dengan
jumlah peserta didik dalam satu kelas tersebut sebanyak 40 siswa pada pelajaran
Akidah Akhlak dengan materi pembahasan Akhlak Mahmudah Kepada Allah yang
meliputi diantaranya : Takut kepada Allah, Berharap kepada Allah, Taubat dan
Nadam, Tawadhu kepada Allah, Tawakal kepada Allah, Ridha terhadap Qodha dan
Qadar, Ibadah kepada Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena Allah dan Beramal
karena Allah. Dengan sub pembahasan sebanyak 10 sub bahasan ini maka guru
membagi peserta didik kedalam 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri
dari 4 siswa. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran metode ini dapat
dilakukan sebagaimana penerapan yang telah dijelaskan diatas.
Setelah
itu, diakhir pelaksanaan guru menyimpulkan materi yang dibahas. Dan memberikan
berupa kuis kepada peserta didik untuk dapat mengevaluasi hasil dari proses
pembelajaran serta dapat mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah
dibahas. Dan memberikan reward kepada kelompok yang terbaik untuk penilaian
secara kelompok dan menilai siswa mana yang paling aktif untuk penilaian secara
individu dari guru agar dapat memacu motivasi siswa.
KESIMPULAN
Dari pembahasan
yang telah penulis paparkan dalam makalah ini maka dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran two stay two
stray dengan group to group exchange ini merupakan salah satu dari model
pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri mengajak siswa untuk aktif
memecahkan masalah secara bersama-sama agar dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencapai
keberhasilan dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan kedua
model tersebut.
Dari kedua
model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran ini peserta didik akan lebih
terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga
pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang
cukup lama. Dan dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna.
Namun demikian, tidak ada metode yang paling baik yang ada hanyalah bagaimana
cara seorang pendidik mampu mengembangkan model pembelajaran agar dapat tidak
menimbulkan kebosanan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga
dapat mencapai dari tujuan pendidikan itu sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2012, Cooperative Learning Teori & Aplikasi
PAIKEM cet ke-7, Yogyakarta : Pustaka Belajar
Http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
Http://Id.Shvoong.Com/Social-Sciences/Education/2249349-Model-Pembelajaran-Dua-Tinggal-Dua/#Ixzz1vihguify
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 ).
Http://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)
Http://Zaifbio.Wordpress.Com/2011/12/02/Metode-Group-To-Group-Exchange/.
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)
Ibrahim,
et.al, 2000, Pembelajaran Koorperatif, Jakarta
: University Press
Melvin L. Silberman, 2007, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran
Aktif, Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana,
2012, Konsep Strategi Pembelajaran Cet
ke-3, Bandung : PT Refika Aditama
Syaiful Bahri Djamarah, 2012, Guru & Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif Cet ke-3, Jakarta : Rineka Cipta
[1]
Melvin L. Silberman, Active Learning 101
Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani, 2007), hal
166
[2]
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012),
hal 403
[3] Ibrahim, et.al, Pembelajaran Koorperatif, (Jakarta : University Press, 2000), hal
98
[4] http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-group-exchange/.
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)
[5]
Melvin L. Silberman, Log.Cit, hal 166
[6]
Syaiful Bahri Djamarah, Log.Cit, hal
403
[7] Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses. Dikutip dari Makalah Metodologi
Pengajaran PAI “Metode Two Stay Two Stray”, (Kelompok IV, 2012).
[8]
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )
[9]
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep
Strategi Pembelajaran Cet ke-3, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56
[10]
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012),
hal 405-406
[11] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )
[12] http
://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)
[13]
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep
Strategi Pembelajaran Cet ke-3, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56
[14] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[16]
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal
405
[17] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[18]
Agus Suprijono, Cooperative Learning
Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012),
hal 93-94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar