PENDAHULUAN
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar. Apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hatu nurani, panggilan jiwanya pasti merintih atas kegagalan mendidik dan membina anak didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang, keberhasilan yang di cita-citakan, tetapi kegagalan yang di temui, disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor di maksud adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, bahan dan evaluasi. Berbagai faktor tersebut akan di jelaskan satu per satu dalam makalah ini secara terperinci.
PEMBAHASAN
A. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.[1]
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan.
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka yang merupakanmasalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.[2]
Karena sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu di wajibkan merumuskan tujuan pembelajarannya. Guru hanya merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), karena Tujuan Pembelajaran Umun (TPU) sudah tersedia didalam GBPP. Inilah langkah pertama yang harus guru lakukan dalam menyusun rencana pengajaran. Tujuan Pembelajaran Khusus ini harus dirumuskan secara operasional dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu :
a. Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan di capai
b. Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku di harapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku)
c. Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai hasil yang dicapai.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) adalah wakil dari Tujuan Pembelajaran Umum (TPU). Maka perbuatan TPK harus berpedoman pada TPU. Agar TPK dapat mewakili terhadap TPU perlu dipikirkan beberapa petunjuk (indikator) suatu TPU. Indikator suatu TPU itu banyak, namun dalam hal ini hendaknya yang dipilih yang betul-betul penting sehingga dapat mewakili TPU. Berdasarkan indikator terpilih tersebut itulah dirumuskan TPK.
Perumusan TPK yang bermacam-macam akan menghasilkan hasil belajar atau perubahan perilaku anak yang bermacam-macam pula. Itu berarti keberhasilan proses belajar mengajar bervariasi juga. Perilaku yang mana yang hendak di hasilkan menghendaki perumusan TPK yang sesuai dengan perilaku yang hendak dihasilkan.[3]
Tentang tujuan ini, di dalam UU nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu :
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehtan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
a. Fungsi Tujuan bagi Pendidikan
1. Sebagai arah pendidikan
Tnpa adanya semacam antispasi (pandangan ke depan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi, demikian pula kegiatan-kegiatannya pun tidak akan efisien. Dalam hal ini, tujuan akan menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.
2. Tujuan sebagai titik akhir
Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta mengalami pula akhirnya. Mungkin saja ada usaha yang terhenti dikarenakan sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan telah berakhir. Pada umunya, suatu usaha baru berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.
3. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain
Apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fondamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.
Dengan demikian, antara dasar dan tujuan terbentang-lah garis yang menunjukkan arah bergeraknya usaha tersebut, serta dasar dan tujuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tek terpisahkan antara yang satu dengan lainnya.
4. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan
Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibanding yang lainnya. Semua ini terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.
b. Macam-macam Tujuan Pendidikan
Seorang ahli pendidikan, Langeveld mengemukakan macam-macam tujuan pendidikan, yaitu :
ü Tujuan umum
Ini merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan.
ü Tujuan Khusus
Tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan umum diatas dasar beberapa hal, diantaranya :
· Terdapatnya perbedaan individual anak didik, misalnya perbedaan dalam bakat, jenis kelamin, intelegensi, minat dan sebagainya.
· Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat, misal : tujuan khusus untuk masyarakat pertanian, perikanan dan lain-lain.
· Perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan, misal : tujuan khusus untuk pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidika dalam perkembangan pemuda.
· Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafat hidup suatu bangsa.
ü Tujuan tak lengkap
Ini adalah tujuan yang hanya mencakup salah satu dari aspek kepribadian, misalnya: tujuan khusus pembentukan kecerdasaan saja, tanpa memperhatikan yang lainnya. Jadi tujuan tak lengkap ini merupakan bagian dari tujuan umum yang melingkupi perkembangan seluruh aspek.
ü Tujuan sementara
Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara sekaligus, karenanya perlu ditempuh setingkat demi setingkat. Tingkatan demi tingkatan yang diupayakan untuk menuju tujuan akhir itulah yang dimaksud dengan tujuan sementara. Misalnya : anak menyelesaikan pelajaran di jenjang pendidikan dasar merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah Umum (SMU) dan perguruan tinggi.
ü Tujuan insidentil
Ini merupakan tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara kebetulan, kendatipun demikian, tujuan ini tidak terlepas dari tujuan umum. Misalnya : seorang ayah memanggil anaknya dengan tujuan anaknya mencapai kepatuhan.
ü Tujuan intermedier
Diesbut juga tujuan perantara, merupakan tujuan yang dilihat sebagai alat dan harus dicapai lebih dahulu demi kelancaraan pendidikan selanjutnya, misalnya anak dapat membaca dan menulis (tujuan sementara) demi kelancaran mengikuti pelajaran disekolah.
Kemudian, dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan macam-macam tujuan pendidikan yaitu: tujuan nasional, intitusional, kurikuler dan tujuan instruksional.[4]
Karena rumusan tujuan baik umum maupun khusus merupakan bagian dari kurikulum, maka dalam rumusan tujuan kita harus memperhatikan dasar-dasar dari sumber kurikulum. Sebagai akibatnya, maka rumusan tujuan pendidikan harus sesuai dengan dasar-dasar kurikulum, yaitu :
§ Filsafat negara yang bersangkutan (dasar filosofis)
§ Keadaan dan kebutuahn masyarakat dilingkungan siswa berada (dasar sosiologis), dan
Keadaan dan kebutuhan siswa yang belajar (dasar psikologis)[5]
B. Guru (Pendidik)
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menajdi orang yang cerdas.
Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran. Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya. Kalaupun di temukan kesulitan hanya aspek-aspek tertentu.[6]
Guru profesional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia menemukan bahwa ada bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar. Ada siswa yang tidak belajar karena dimarahi oleh orang tua. Ada siswa yang enggan belajar karena pindah tempat tinggal. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian waktu guru mengajar topik tertentu. Ada pula siswa yang giat belajar karena ia bercita-cita menjadi seorang ahli. Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa penegtahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru dan calon guru.[7]
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalamm segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara terperinci tugas guru berpusat pada :
ü Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang
ü Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai
ü Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Demikianlah, dalam proses belaja-menagajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan menciptakan tujuan.[8]
Performance guru dalam mengajar banyak dipengaruhi berbagai faktor seperti tipe kepribadian, latar belakang pendidik, pengalaman dan yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan pendangan filosofis guru terhadap murid.[9]
Ø Beberapa karakteristik pendidik
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu sebagai berikut :
1) Kematangan diri yang stabil
2) Kematangan sosial yang stabil
3) Kematangan profesional (kemampuan mendidik).
Ø Guru sebagai pendidik formal
Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal disekolah, secara langsung atau tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangkut jabatan dan tanggung jawab pendidikan. Maka selain harus memiliki syarat-syarat sebagai manusia dewasa, harus pula memenuhi persyaratan yang lebih berat, yang dapat dikelompokan menjadai : persyaratan pribadi dan pesyaratan jabatan.
Ø Orang tua sebagai pendidik di rumah
Salah satu kesalahkaprahan dari para orang tua dalam dunia pendidikan sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru dieskolah. Meskipun disadari bahwa berapa lama waktu yang tersedia dalam setiap harinya bagi anaka disekolah.
Para ahli sependapat akan pentingnya pendidikan dalam keluarga, apa-apa yang terjadi dalam pendidikan tersebut, akan membawa pengaruh terhadap kehidupan anak didik, demikian pula terhadap pendidikan yang dialaminya disekolah dan di masyarakat.[10]
Sebagai pegangan kita dapat berpijak dari hal-hal yang telah disepakati oleh para ahli pendidikan dalam berbagai penelitian dan pertemuan, yang dalam garis besarnya mengemukakan bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi pengajaran. Fungsi-fungsi pengajaran itu diantaranya sebagai berikut :
a) Penjelasan, pemberitahuan dan petunjuk
b) Pengarahan dan pengadministrasian
c) Penyatuan kelompok
d) Pemberian rasa aman terhadap para siswa, dan
e) Kejelasan sikap, kepercayaan dan pemecahan masalah.[11]
C. Anak Didik
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.[12]
Setiap siswa pada prinsipnya diharapkan menunjukkan kinerja akademik dan mencapai prestasi belajar yang optimal. Akan tetapi, kenyataan menunjkkan bahwa masing-masing siswa memiliki perbedaan baik dalam hal kemampuan fisik, kemampuan intelaktual, latar belakang keluarga, dan strategi belajar. Sehingga tidak semua siswa dapat berkirneja dan berprestasi secara optimal.[13]
Adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orang tuanya memepercayakan guru untuk mendididik mereka agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Aspek dari anak didik yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar adalah :
• Psikologis anak didik
• Biologis anak didik
• Intelektual anak didik
• Kesenangan terhadap pelajaran[14]
• Biologis anak didik
• Intelektual anak didik
• Kesenangan terhadap pelajaran[14]
Peserta didik dengan segala perbedaannya seperti motivasi, minat, bakat, perhatian, harapan, latar belakang sosio-kultural, tradisi keluarga, menyatu dalam sebuah sistem belajar di kelas. Perbedaan-perbedaan inilah yang wajib dikelola, diorganisir guru, untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal. Apabila guru tidak memiliki kecermatan dan keterampilan dalam mengelola perbedaan-perbedaan potensi peserta didik maka proses pembelajaran sulit mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru harus menyadari bahwa perbedaan potensi bawaan peserta didik merupakan kekuatan maha hebat untuk mengorganisasi pembelajaran yang ideal. Keragaman merupakan keserasian yang harmonis dinamis.[15]
Paling tidak ada tiga tipologi belajar siswa, yakni : visual, audiotorial dan motorik atau kinestetik. Guru kiranya dapat memmaksimalkan semua gaya belajar yang dimiliki siswa dengan menggunakan berbagai metode mengajar sehingga setiap siswa tidak merasa dirugikan.[16]
Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar berikut hasil dari kegiatan itu, yaitu keberhasilan belajar mengajar.
D. Kegiatan Pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang menciptakan lingkungan belajar yang baik maka kepentingan belajar anak didik terpenuhi. Peserta didik merupakan subyek belajar yang memasuki atmosfir suasana belajar yang diciptakan guru. Oleh karena itu, guru dengan gaya mengajarnya berusaha mempengaruhi gaya dan cara belajar anak didik.[17]
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan pelajaran sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar.. Gaya mengajar guru mempengaruhi gaya belajar anak didik.
Ada 3 aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu:
a. Gaya mengajar guru:
1) Gaya mengajar klasik,
2) Gaya mengajar teknologis,
3) Gaya mengajar personalisasi dan
4) Gaya mengajar interaksional
b. Pendekatan guru
1) Pendekatan individual
Guru berusaha memahami anak didik dengan segala persamaan dan perbedaannya
2) Pendekatan kelompok
Berusaha memahami anak didik sebagai mahluk sosial. Perpaduan kedua pendekatan ini akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
c. Strategi penggunaan metode
Penggunaan strategi belajar dapat digunakan lebih dari 1 metode pengajaran misalnya penggunaan metode Ceramah dengan metode Tanya jawab untuk mata pelajaan IPS. Jarang guru menggunakan 1 metode dalam melaksanakan pengajaran , hal ini disebabkan rumusan tujuan yang dibuat guru tidak hanya satu, tetapi bisa lebih dari dua rumusan.[18]
E. Bahan dan Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas. Masing-masing alat evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menyadari akan hal itu, jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya menggunakan satu alat evaluasi. Tetapi guru sudah menggabungnya lebih dari satu alat evaluasi.
Pembuatan item soal dengan memakai alat tes objektif dapat menampung hampir semua bahan pelajaran yang sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu semester, tapi kelemahannya terletak pada penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran bersifat semu, suatu penguasaan bahan pelajaran yang masih sama-samar. Jika alternatif itu tidak dicantumkan, kemungkinan besar anak didik kurang mampu memberikan jawaban yang tepat.[19]
Bahan pelajaran biasanya sudah dikemas dalam bentuk buku paket. Ada waktu yang harus ditempuh dalam menyelesaikan buku paket tersebut misalnya 1 semester , dan kemudian guru akan membuat item-item soal evaluasi dengan perencanaan yang sistemastis dan dengan penggunaan alat evaluasi. Alat evaluasi yang umum digunakan adalah :
• Benar – Salah ( True – False)
• Pilihan Ganda ( Multiple Choice)
• Menjodohkan ( Matching)
• Melengkapi ( Completion ) dan
• Essay
• Pilihan Ganda ( Multiple Choice)
• Menjodohkan ( Matching)
• Melengkapi ( Completion ) dan
• Essay
Masing – masing alat evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, oleh sebab itu guru sudah menggabungkan lebih dari satu alat evaluasi.Benar Salah dan Pilihan Ganda adalah bagian dari tes objectif artinya objektif dalam hal pengoreksian tapi belum tentu objektif dalam jawaban yang dilakukan anak didik, Karena sifat alat ini mengharuskan anak didik memilih jawaban yang sudah disediakan dan tidak ada alternatif lain diluar alternatif itu, maka bila anak didik tidak bisa menjawab dia cenderung melakukan tindakan spekulasi,pengambilan sikap untung–untungan daripada tidak diisi
Pembuatan item soal dengan memakai alat tes objektif dapat menampung hampir semua bahan pelajaran yang sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu semester. Kelemahannya terletak pada pengusaan anak didik terhadap bahan pelajaran bersifat semuatau esamar-samar.Alat tes dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak didik sebab alat tes ini hanya dapat dikjawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan pelajaran dengan baik.Untuk tes objektif mempunyai rumus penilaian masing-masing, Jadi kesanalah rujukan standar penilaian itu, bukan membuat rumus penilaian yang cenderung mendatangkan sikap dan tindakan spekulatif pada anak didik
Pembuatan item soal dengan memakai alat tes objektif dapat menampung hampir semua bahan pelajaran yang sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu semester. Kelemahannya terletak pada pengusaan anak didik terhadap bahan pelajaran bersifat semuatau esamar-samar.Alat tes dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak didik sebab alat tes ini hanya dapat dikjawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan pelajaran dengan baik.Untuk tes objektif mempunyai rumus penilaian masing-masing, Jadi kesanalah rujukan standar penilaian itu, bukan membuat rumus penilaian yang cenderung mendatangkan sikap dan tindakan spekulatif pada anak didik
Berbagai permasalahan yang telah diuraikan tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Bila alat tes itu tidak valid dan tidak reliable , maka tidak dapat dipercaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar mengajar.[20]
Evaluasi memiliki cakupan bukan saja pada bahan ajar, tetapi pada keseluruhan proses belajar mengajar, bahkan pada alat dan bentuk evaluasi itu sendiri. Artinya, evaluasi yang dilakukan sudah benar-benar mengevaluasi tujuan yang telah ditetapkan, bahan yang diajarkan dan proses yang dilakukan.
Bahan ajar dalam kurikulum harus di selesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan biasanya menjadi rujukan pembuatan item-item soal evaluasi. Guru membuat perencanaan evaluasi secara sistematik dengan mnegguanakan alat evaluasi yang tepat. Evaluasi yang valid (sahih) bukan saja memberikan informasi prestasi sisa dalam mencapai tujuan tetapi memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan.
KESIMPULAN
Dari uraian yang kami paparkan dalam makalah ini maka kami sebagai pemakalah dapat menarik kesimpulan. Bahwa proses belajar-mengajar sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, yaitu orang yang belajar (siswa) dan orang yang mengajar (guru). Komunikasi antara dua subjek guru dan siswa adalah komunikasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya.
Faktor-faktor itu antara lain, situasi dan kondisi pengajaran, kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru, cara belajar yang harus diikuti siswa dan sebagainya. Faktor-faktor ini saling mempengaruhi dalam keberhasilan siswa belajar. Selain itu, supaya komunikasi itu terarah, maka komunikasi itu harus mempunyai tujuan. Tujuan ini dapat tercapai dengan baik, jika komunikasi itu berlangsung secara optimal, yaitu komunikasi yang bersifat dua arah, timbal balik dan sebagainya. Guru sangat diperlukan untuk memberikan bekal hidup yang bermanfaat. Ia harus mampu memberikannya dalam situasi-situasi tertentu secara edukatif, sehingga dapat menciptakan situasi belajar-mengajar yang diharapkan.
Dengan demikian, semoga setelah mempelajari pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar ini kita semua sebagai calon seorang guru dapat mampu menerapkan serta mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat ini di kehidupan kita kedepan. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : PT. Rineka Cipta
Dyah Rahayu Widiarni, 2008, Keberhasilan Mengajar Belajar, http://akta408.wordpress.com/2008/10/30/keberhasilan-belajar-mengajar/, Diakses Hari Minggu 18-Maret-2012, Jam 21:05
Hasbullah, 2009, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah, 2009, Metodologi Pembelajaran berbasis Active Learning, Palembang : CV. Grafika Telindo
Masnur. M, Nur Hasanah dan Basennang Saliwangi, 1987 Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung : C.V. Jemmars RS
Nyayu Khadijah, 2009, Psikologi Pendidikan, Palembang : CV. Grafika Telindo
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2010 Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, Bandung : PT. Refika Aditama
Satriadholan, 2011, Makalah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mengajar http://satriadholan.blogspot.com/2011/03/makalah-faktor-faktor-yang mempengaruhi.html, Diakses Hari Minggu 18-Maret-2012, Jam 21:14
Slameto, 2010, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta : PT. Rineka Cipta
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta
[1] Drs. Syaiful Bahri dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), hal 109
[2] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009), hal 10
[3] Drs. Syaiful Bahri dan Drs. Aswan Zain, Op.Cit, hal 109-111
[4] Hasbullah, Op.Cit, hal 11-15
[5] Drs. Masnur. M, Dra. Nur Hasanah dan Drs. Basennang Saliwangi, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung : C.V. Jemmars RS, 1987), hal 99-100
[6] Drs. Syaiful Bahri dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006) , hal 112
[7] Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009), hal 236
[8] Drs. Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), hal 97
[9] Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd, Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2010), hal 115
[10] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009), hal 19-22
[11] Drs. Masnur. M, Dra. Nur Hasanah dan Drs. Basennang Saliwangi, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung : C.V. Jemmars RS, 1987), hal 104
[12] Hasbullah, Op.Cit, hal 23. Lihat juga Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta : FIP IKIP, 1986), hal 17
[13] Dr. Nyayu Khadijah, S.Ag., M.Si., Psikologi Pendidikan, (Palembang : CV. Grafika Telindo, 2009), hal 233
[14] http://akta408.wordpress.com/2008/10/30/keberhasilan-belajar-mengajar/, hari minggu 18-maret-2012, jam 21:05
[15] Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd, Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2010), hal 116
[16] Dr. Kasinyo Harto, M.Ag. dan Abdurrahmansyah, M.Ag, Metodologi Pembelajaran berbasis Active Learning, (Palembang : CV. Grafika Telindo, 2009), hal 55-56
[17] Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd., Ibid, hal 116
[18] http://satriadholan.blogspot.com/2011/03/makalah-faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html, hari minggu 18-maret-2012, jam 21:14
[19] Drs. Syaiful Bahri dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), hal 116-117
[20] http://akta408.wordpress.com/2008/10/30/keberhasilan-belajar-mengajar/, hari minggu 18-maret-2012, jam 21:05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar