PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan guru dituntut
untuk terus selalu berinovasi dalam kegiatan pembelajaran baik itu dalam hal
menerapkan beberapa metode belajar agar tidak menimbulkan kebosanan pada diri
siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, tujuan utama dengan
menerapkan beberapa metode pembelajaran ini agar dapat mencapai tujuan dari
pendidikan itu sendiri secara efektif dan efisien.
Dengan demikian, agar seorang guru
dapat dikatakan berhasil maka guru harus terus mengembangkan dan
mengaplikasikan beberapa macam metode pembelajaran. Tapi sebelumnya seorang
guru juga harus pandai mengatur untuk mengaplikasikan metode pembelajaran itu
sendiri dimana dan kapan salah satu metode dapat diterapkan yang sesuai dengan
kondisi pembelajaran.
Dalam makalah ini, pemakalah akan
memaparkan salah satu metode pembelajaran kooperative yaitu : Metode Group Investigation yang akan
diuraikan secara jelas dan terperinci. Sehingga kelak dapat menjadi acuan untuk
menerapkan metode ini di kemudian hari.
PEMBAHASAN
METODE
GROUP INVESTIGATION
A. DEFINISI
Height menyatakan
to investigation berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan
menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang
dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil
perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam
suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dengan demikian akan
dapat dibiasakan untuk lebih mengembangkan rasa ingin tahu. Hal ini akan
membuat siswa untuk lebih aktif berpikir dan mencetuskan ide-ide atau gagasan,
serta dapat menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusinya di kelas.[1] Model Pembelajaran Group Investigation adalah suatu
tipe Model Pembelajaran Berbasis (Proyek Project-based Learning).[2]
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat
mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat
melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.
Pengembangan belajar koorperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa
proses belajar disekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan
intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua
domain tersebut. Oleh karena itu, GI tidak dapat diimplementasikan kedalam
lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya diaolog
interpersonal (atau tidak mengacu kepada dimensi sosial-afektif pembelajaran).
Aspek sosial-afektif kelompok, pertukaran intelektualnya, dan materi yang
bermakna, merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan
terhadap usaha-usaha belajar siswa. Interaksi dan komunikasi yang bersifat
kooperatif diantara siswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik, jika
pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompk belajar kecil.
Kesuksesan implementasi teknik
koopertif GI sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan
keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan kepada
pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam
kontribusinya, bukan hanya sekadar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu
pertanyaan yang bersifat faktual (apa, siapa, di mana, atau sejenisnya).[3]
Model ini lebih menekankan pengembangan kemampuan memecahkan permasalahan
dalam suasana yang demokratis dimana pengetahuan tidak diajarkan secara
langsung kepada siswa, tetapi diperoleh melalui proses pemecahan masalah.[4]
B. PRINSIP
PENGGUNAANNYA
Asumsi yang digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan model pembelajaran Kooperatif tipe group invetigation,
yaitu:
a. Untuk
meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan
proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara
eksplisit mendukung kreativitas.
b. Komponen
emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting
daripada yang irasioanl, dan
Untuk meningkatkan peluang
keberhasilan dalam memecahkan harus lebih dahulu memahami komponen emosional
dan irrasional.[5]
Siti Maesaroh mengemukakan hal
penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah:
1. Membutuhkan Kemampuan
Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas,
setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam
penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun
di luar kelas. Kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap
anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2. Rencana
Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki
masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan
bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3. Peran
Guru.
Guru menyediakan sumber dan
fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa
mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika
siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.[6]
Para guru yang menggunakan metode GI
umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6
siswa dengan karakteristik yang heterogen.[7]
Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan
minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah
dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
C. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
Ø
Kelebihan
Model Pembelajaran GI
Setiawan mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
Setiawan mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
1. Secara Pribadi
·
Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara
bebas
·
Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif,
dan aktif
·
Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
·
Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani
suatu masalah
2.
Secara Sosial
/ Kelompok
·
Meningkatkan belajar bekerja sama
·
Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri
maupun guru
·
Belajar berkomunikasi yang baik secara
sistematis
·
Belajar menghargai pendapat orang lain
·
Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu
keputusan
Ø Kekurangan Model Pembelajaran GI
·
Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu
kali pertemuan
·
Sulitnya memberikan penilaian secara personal
·
Tidak semua topik cocok dengan model
pembelajaran GI. Model pembelajran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik
yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami
sendiri
·
Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang
efektif.
Menurut Pieget
bahwa pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan
penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,
perkembangannya dapat distimulasi oleh konfrontasi kritis, khususnya dengan
teman-teman setingkat. Oleh karena itu diharapkan dengan menggunakan model
pembelajaran GI ini, kompetensi penalaran siswa dapat lebih baik daripada
pembelajaran secara ekspositori.[8]
D. LANGKAH-LANGKAH
PENERAPAN
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang
telah dipilih dari langkah (1) diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah (2).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber
baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh
pada langkah (3) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian
yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik
yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan
evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai
suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau
kelompok, atau keduanya.[9]
Tahapan-tahapan kemajuan siswa di
dalam pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.
Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam
Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation.[10]
Tahap I
Mengidentifikasi topik dan membagi
siswa ke dalam kelompok.
|
Guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan
mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
|
Tahap II
Merencanakan tugas.
|
Kelompok
akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan
dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan
dipakai.
|
Tahap III
Membuat penyelidikan.
|
Siswa
mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi
masalah kelompok.
|
Tahap IV
Mempersiapkan tugas akhir.
|
Setiap
kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
|
Tahap V
Mempresentasikan tugas akhir.
|
Siswa
mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.
|
Tahap VI
Evaluasi.
|
Soal
ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.
|
E. MATERI
PAI YANG SESUAI
Penerapan model ini diawali dengan pengajuan suatu permasalahan, terutama
permasalahan sosial yang hangat, mengandung pro dan kontra. Selanjutnya
dilakukan pembahasan terhadap masalah itu dari berbagai segi, diikuti dengan
identifikasi berbagai topik yang perlu dikaji lebih lanjut dan pembagian
kelompok untuk mengkaji topik-topik tersebut dengan menggunakan berbagai
sumber.
Dengan demikian pemakalah sepakat materi PAI yang cocok digunakan untuk
menerapkan metode GI ini yaitu Materi Akidah Akhlak yang mana kajian
pembahasannya banyak berhubungan langsung dengan lingkungan sosial siswa.
Sehingga dapat mempermudah kegiatan observasi yang akan dilakukan oleh siswa. Dalam
hal ini pemakalah mengambil sub bagian pembahasan tentang Akhlak Terpuji yang
meliputi diantaranya : Kreatif, Dinamis, Sabar, Tawakal, Bijaksana, Amanah dan
Mengembangkan sikap berorientasi masa depan (Futuristik).
Selain itu, Materi pelajaran umum yang cocok menggunakan
metode GI adalah sejarah, geografi, pelajaran biologi tentang hutan hujan dan
ekologi, dan tidak sesuai untuk mata pelajaran eksak.
F. CARA
MENGEVALUASI
Pada
tahap pengevaluasian ini kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai
berikut :
a. Siswa
menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka
lakukan dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, (misal: siswa merangkum
dan mencatat setiap topik yang disajikan)
b. Guru
dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telak
dilaksanakan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau
keduanya.
c. Penilaian
hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman (misalnya: guru
mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus mencakup
seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan).[11]
KESIMPULAN
Dari
pembahasan yang telah pemakalah paparkan dalam makalah ini. Maka dapat kami
disimpulkan bahwa keberhasilan dari penerapan pembelajaran kooperatif dengan
metode Group Investigation dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks,
diantaranya: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran yang
dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam
kelompok tanpa memandang latar belakang, (3) siswa dilatih untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, (4) adanya motivasi yang mendorong
siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap
akhir pembelajaran.
Selain itu,
berdasarkan pemaparan pemakalah mengenai model pembelajaran GI tersebut, dapat
dismpulkan bahwa model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih
aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu
persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan demikian mereka
akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya,
sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka
waktu yang cukup lama.
DAFTAR
PUSTAKA
Http://Akbar-Iskandar.Blogspot.Com/2011/05/Pembelajaran-Kooperatif-Metode-Group.Html.
(Diakses tgl 06 Mei 2012, jam 21:33)
Http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt/.
(Diakses Tgl 18 Maret 2012, Jam 21:15)
Http:
//gurupkn.wordpress.com/ 2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/.
(Diakses tgl 25 Maret 2012, Jam 23:21)
Http://Hayardin-Blog.Blogspot.Com/2012/04/Model-Pembelajaran-Group-Investigation.Html
(Diakses tgl 18 Maret 2012, jam 21:00)
Nana Sudjana dan Wari Suwariyah, 1991, Model-model Mengajar CBSA, Bandung : CV Sinar Baru
Rusman,
2011, Model-model Pembelajaran,
Jakarta : Rajawali Pers
Siti Maesaroh, 2005,
Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group
Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa, Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Trianto, 2007, Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik, Jakarta:
Prestasi Pustaka
Udin S. Winaputra. 2001, Model Pembelajaran Inovatif, Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1
[1]
http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt/, (Diakses Tgl 18 Maret 2012, Jam
21:15)
[2] http://hayardin-blog.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-group-investigation.html (Diakses tgl 18 Maret 2012, jam 21:00)
[3] Dr. Rusman, M.Pd., Model-model Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hal 221
[4] Nana Sudjana dan Wari Suwariyah, Model-model Mengajar CBSA, (Bandung :
CV Sinar Baru, 1991), hal 50
[5] Udin S. Winaputra, Model
Pembelajaran Inovatif, (Jakarta:
Universitas Terbuka. Cet. Ke-1, 2001), hal 75
[6] Siti
Maesaroh, Efektivitas Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2005), hal
28
[7] Trianto, Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal 59
[8] http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt/. (Diakses Tgl 18 Maret 2012, Jam
21:15)
[9] Kiranawati. 2007. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation).
Dikutip dari http:
//gurupkn.wordpress.com/ 2007/11/13/
metode-investigasi-kelompok-group-investigation/. (Diakses tgl 25 Maret 2012,
Jam 23:21)
[10] Siti
Maesaroh, Efektivitas Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2005), hal 29-30
[11]
http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/pembelajaran-kooperatif-metode-group.html. (Diakses tgl 06 Mei 2012, jam
21:33)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar